III
ORGANISASI
1. PENGERTIAN
Seperti halnya manajemen, organisasi
juga tidak dapat diartikan secara absolut. Setiap pakar organisasi dan
manajemen cenderung mendefinisikannya dengan titik berat yang berbeda-beda
sehingga terlihat berbeda meskipun pada intinya tetap sama. Sebagai contoh:
menurut tokoh manajemen modern terkemuka, Max Weber (Stoner and Freeman, 1995),
organisasi merupakan suatu struktur birokrasi; sedangkan Wendrich dkk (1988)
mendefinisikan organisasi sebagai suatu proses mendesain kegiatan-kegiatan
dalam struktur organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan; pakar
manajemen yang lain lagi, Griffin & Morhead (1996), menyatakan bahwa
organisasi adalah sekelompok orang yang bekerjasama untuk mencapai tujuan
organisasi.
Berbagai sudut pandang dan titik
berat definisi organisasi dapat dipaparkan dalam tujuh dimensi: organisasi
sebagai suatu proses kerjasama, sistem sosial, struktur, budaya, wadah, iklim,
dan pembelajaran.
Sebagai suatu proses kerjasama,
organisasi adalah proses kerjasama dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan
bersama secara efektif dan efisien. Proses kerjasama yang dimaksud meliputi
perilaku individu di dalam organisasi. Sedangkan interaksinya dapat terjadi
baik antar individu, antara individu dengan kelompok, antar kelompok, antara
kelompok dengan organisasi, maupun antara individu dengan organisasi.
Pendekatan sistem dalam organisasi
memandang organisasi sebagai suatu kesatuan yang terdiri atas
subsistem-subsistem yang saling berinteraksi, berkorelasi, dan saling
tergantung sebagai suatu keseluruhan untuk mencapai tujuan secara efektif dan
efisien. Titik berat teori pendekatan sistem adalah organisasi sebagai sistem
terbuka yang berinteraksi dengan lingkungannya, antara lain: para pesaing,
penyalur, pelanggan, lembaga keuangan, pemerintah, organisasi pekerja, media,
dan kepentingan kelompok-kelompok khusus.
Organisasi sebagai struktur
menegaskan hubungan aturan-aturan dan tugas serta keterkaitan wewenang yang
mengontrol tata cara kerjasama dan pemanfaatan sumber daya untuk mencapai
tujuan organisasi. Struktur organisasi berkenaan dengan proses keputusan dalam
perancangan struktur organisasi yang menyangkut pembagian pekerjaan,
departementalisasi, rentang kendali, dan pendelegasian wewenang.
Budaya organisasi adalah keyakinan
dan nilai bersama yang mengikat kebersamaan seluruh anggota organisasi.
Organisasi sebagai budaya memandang bahwa setiap organisasi mempunyai budaya
yang khas yang juga berfungsi sebagai identitas dan sebagai perekat kebersamaan
guna mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien.
Organisasi sebagai wadah memandang
bahwa organisasi adalah tempat kegiatan. Manusia dalam melakukan kegiatannya
termasuk dalam berorganisasi tidak terlepas dari waktu dan ruang atau wadah.
Wadah ini berfungsi sebagai pusat kegiatan serta alamat organisasi guna
memudahkan pihak-pihak yang berkepentingan untuk mengadakan komunikasi atau
korespendensi.
Iklim organisasi merupakan suasana
kerja yang dialami oleh anggota organisasi; misalnya ruang kerja yang
menyenangkan, rasa aman dalam bekerja, penerangan yang memadai, jaminan sosial
yang memadai, dan lain sebagainya. Organisasi sebagai iklim menunjukkan
kepribadian organisasi seperti yang dilihat oleh anggotanya.
Pembelajaran dalam berorganisasi
adalah kemampuan organisasi untuk tanggap dan mampu menjawab berbagai kondisi
lingkungan yang mempengaruhi keberhasilannya. Organisasi sebagai pembelajaran
menyiratkan segala usaha pembelajaran guna menghadapi para pesaing agar tetap
bertahan, tumbuh, dan berkembang. Keunggulan komparatif dan kompetitif suatu
organisasi sangat ditentukan oleh kemauan dan kemampuannya untuk belajar lebih
cepat dari para pesaing sehingga kemampuan taktis dan strategis organisasi
lebih meningkat.
Menurut Henry Fayol, salah seorang
perintis scientific management (manajemen
ilmiah), prinsip-prinsip manajemen organisasi yang baik harus meliputi 14
aspek: pembagian kerja sesuai dengan spesialisasi pekerjaan, keseimbangan hak
dan kewajiban di antara atasan dan bawahan, disiplin berupa komitmen untuk
menghormati dan mematuhi peraturan organisasi, kesatuan perintah untuk mencegah
kebingungan karyawan, kesatuan arah agar semua sumber daya bersinergi demi
tercapainya tujuan organisasi, kepentingan organisasi harus diletakkan di atas
kepentingan pribadi, sistem penggajian yang adil dan wajar, sistem sentralisasi
dan desentralisasi (pendelegasian wewenang) yang seimbang, hirarki yang jelas
untuk menjaga kelancaran komunikasi dari manajer puncak sampai ke karyawan,
keteraturan material (sumber daya organisasi ditempatkan dan diperlakukan
sesuai dengan maksud dan tujuan) dan keteraturan sosial (penempatan karyawan
disesuaikan dengan bidang keahliannya), prinsip keadilan, mendorong karyawan
untuk berkreasi dan berinisiatif, prinsip kesetiakawanan, serta kestabilan
jumlah karyawan karena relatif rendahnya perpindahan karyawan keluar.
2. JENIS-JENIS ORGANISASI
Jenis
organisasi dapat dikenali melalui proses pembentukannya, berdasarkan tujuannya,
dan berdasarkan strukturnya. Berdasarkan proses pembentukannya, dikenal dua
jenis organisasi, yaitu organisasi formal dan organisasi informal. Organisasi
formal adalah organisasi yang dibentuk secara sadar dan dengan tujuan-tujuan
tertentu yang disadari pula serta diatur dengan ketentuan-ketentuan formal
melalui Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga; misalnya organisasi
pemerintahan, sosial, bisnis, politik, profesi, keolahragaan, pendidikan, dan
lain sebagainya. Organisasi informal adalah organisasi yang terbentuk tanpa
disadari sepenuhnya, tujuannya tidak jelas dan spesifik, tidak mempunyai
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, dan sifat hubungan cenderung terjalin
secara pribadi; misalnya arisan-arisan dan paguyuban atau kumpulan-kumpulan
berdasarkan kesamaan hobi seperti bersepeda, memancing, bulu tangkis, kolektor
barang antik, dan lain sebagainya.
Berdasarkan
tujuan pembentukannya, organisasi juga dapat dibedakan menjadi dua, yakni
organisasi bisnis dan organisasi sosial. Organisasi bisnis adalah organisasi
yang didirikan dengan tujuan untuk mencari keuntungan (profit oriented); misalnya firma, perseroan, koperasi, dan
badan-badan usaha lainnya. Sedangkan organisasi sosial, tujuan utamanya adalah
untuk melayani kepentingan umum tanpa perhitungan rugi-laba (non-profit oriented); misalnya
pemerintah, yayasan-yayasan sosial, dan lembaga-lembaga swadaya masyarakat.
Berdasarkan
struktur organisasinya, ada organisasi lini, organisasi fungsional, organisasi lini
dan staf, dan organisasi panitia. Organisasi lini dikenalkan oleh Henry Fayol
dan biasanya dipakai oleh perusahaan-perusahaan kecil. Dalam organisasi lini,
kekuasaan dan perintah berjalan secara langsung dari atasan ke bawahan,
langsung dari manajer ke setiap karyawan. Perintah berasal dari atasan ke bawahan
dalam suatu garis langsung: setiap kepala unit bertanggung jawab untuk selalu
melapor kepada kepala unit satu tingkat di atasnya atau atasannya secara
langsung.
Beberapa
ciri-ciri organisasi lini dapat diuraikan sebagai berikut: organisasinya
relatif kecil dan masih sederhana; hubungan antara atasan dan bawahan bersifat
langsung; pucuk pimpinan biasanya adalah pemilik perusahaan itu sendiri; jumlah
karyawan relatif sedikit dan cenderung saling mengenal; tingkat spesialisasi
pekerjaan belum tinggi/bervariasi; pucuk pimpinan merupakan satu-satunya sumber
kekuasaan, keputusan, dan kebijakan organisasi; dan masing-masing kepala unit
mempunyai wewenang dan tanggung jawab penuh atas segala bidang pekerjaan yang
ada di unitnya seperti tugas tambahan berupa urusan kepegawaian, keuangan,
administrasi dan lain sebagainya.
Struktur
organisasi lini mempunyai keuntungan dan kerugian. Kebaikannya antara lain:
kesatuan perintah dan komando tegas karena garis hirarki manajemen jelas dari
atasan ke bawahan, proses pengambilan kebijakan dan keputusan-keputusan relatif
cepat, pengawasan terhadap kegiatan karyawan dapat dilakukan secara ketat
sehingga mendorong kedisiplinan karyawan, koordinasi relatif mudah, dan rasa
solidaritas cenderung tinggi karena karyawan saling mengenal. Sedangkan
kelemahannya adalah: tujuan pribadi pucuk pimpinan dan tujuan organisasi sering
sulit dibedakan, pucuk pimpinan dapat bertindak otoriter, maju mundurnya perusahaan
sangat tergantung kepada kecakapan pucuk pimpinan, kaderisasi karyawan kurang
diperhatikan karena fungsi manajemen terpusat kepada pucuk pimpinan saja.
Organisasi
fungsional, yang diciptakan oleh Frederick W. Taylor, adalah organisasi yang
disusun berdasarkan sifat dan macam pekerjaan yang harus dilakukan. Pada tipe
organisasi fungsional ini, pembagian kerja mendapat perhatian yang
sungguh-sungguh. Pembagian kerja ini didasarkan pada “spesialisasi”
masing-masing bagian. Seorang direktur utama dapat mendelegasikan wewenang
kepada para direktur, dan para direktur tersebut dapat memerintah siapa saja
(semua karyawan perusahaan) untuk mengerjakan tugas dari pimpinan sesuai dengan
spesialisasinya. Dengan demikian, maka para karyawan dapat saja memperoleh perintah
dari beberapa orang atasan. Ciri-ciri organisasi fungsional dapat diuraikan
sebagai berikut: pembagian tugas dibedakan secara jelas di tingkat bagian,
jabatan kepala bagian berdasarkan pada spesialisasi pekerjaan, bawahan dapat
menerima perintah dari beberapa orang atasan, dan koordinasi menyeluruh hanya
terjadi di tingkat atas.
Sebagaimana
organisasi lini, organisasi fungsional juga mempunyai keuntungan maupun
kerugian. Keuntungannya: spesialisasi karyawan dapat dikembangkan dan
dimanfaatkan secara optimal, para karyawan di tingkat kepala bagian akan
semakin terampil di bidangnya masing-masing sehingga efisiensi dan
produktivitas dapat ditingkatkan, dan solidaritas, moral dan disiplin karyawan
dapat dijaga. Sedangkan kerugiannya antara lain: para bawahan sering bingung
karena mendapat perintah dari beberapa orang atasan, para kepala bagian sulit
mengadakan alih tugas karena spesialisasi yang mendalam, karyawan utama sering
lebih mementingkan bidang spesialisasinya sendiri sehingga koordinasi cenderung
agak sulit.
Organisasi
lini dan staf pada dasarnya merupakan kombinasi dari organisasi lini dan
organisasi fungsional. Kombinasi
dilakukan dengan cara memanfaatkan kebaikan-kebaikannya dan meniadakan
keburukan-keburukan. Asas kesatuan komando tetap dipertahankan dan pelimpahan
wewenang berlangsung secara vertikal dari pucuk pimpinan ke pimpinan tingkat di
bawahnya. Namun, pucuk pimpinan tetap sepenuhnya berhak menetapkan keputusan,
kebijakan, dan merealisasikan tujuan organisasi. Untuk membantu kelancaran
tugas, pucuk pimpinan dibantu oleh para staf yang khusus bertugas memberi
bantuan pemikiran, saran-saran, data, informasi, dan pelayanan kepada pimpinan
sebagai bahan pertimbangan pucuk pimpinan dalam pengambilan keputusan dan
penetapan kebijakan.
Organisasi
panitia (committees organization) adalah
suatu organisasi yang masing-masing anggotanya mempunyai wewenang yang sama dan
kepemimpinannya bersifat kolektif. Organisasi panitia dapat dibagi dalam dua
kelompok: panitia eksekutif (mempunyai wewenang eksekutif) dan panitia staf
(mempunyai wewenang staf).
Kepemimpinan
yang kolektif ini dapat meningkatkan partisipasi seluruh anggota panitia dan dapat
mengeliminasi potensi tindakan otoriter pimpinan organisasi, karena keputusan
yang diambil harus disetujui oleh anggota panitia lainnya. Namun karena dalam
setiap pengambilan keputusan manajemen harus dimusyawarahkan terlebih dahulu, selang
waktu pengambilan keputusan relatif lama dan penanggungjawabnya kurang jelas
karena merupakan keputusan bersama.
2. TEORI-TEORI ORGANISASI
Sejarah
perkembangan organisasi modern dapat dirunut dari dimulainya Revolusi Industri
di Eropa, yakni didasarkan pada kebutuhan organisasi-organisasi
bisnis/perusahaan untuk meningkatkan kapasitas produksi/jasanya agar dapat
meraih keuntungan yang sebesar-besarnya dari setiap operasi yang dijalankannya,
antara lain dengan upaya peningkatan keefektifan dan keefisienan dari setiap
pekerja/karyawannya. Barangsiapa yang tidak mampu memenuhi harapan organisasi (produktivitasnya
cenderung rendah) karena sesuatu hal, maka dengan segera ia akan dipecat dan
digantikan oleh orang lain yang lebih mampu.
Oleh
karena itu, manajemen sangat memperhatikan pola pembagian kerja agar
mesin-mesin produksi dapat berjalan terus-menerus, kalau perlu sepanjang hari
dan malam, agar dapat berproduksi sebanyak-banyaknya untuk memenuhi kebutuhan
pasar yang waktu itu sedang pesat-pesatnya.
Produksi
massal barang-barang kebutuhan hidup manusia juga memerlukan tenaga manusia
yang ahli di setiap bidang yang ditekuninya. Semakin terbiasa seseorang dengan
bidang pekerjaannya, akan semakin baik dan cepat pula jenis pekerjaan yang
dapat diselesaikannya. Dengan hanya mengerjakan satu bidang pekerjaan, maka
seorang pekerja tidak perlu berpikir lama untuk menuntaskan tugas dan
kewajibannya, bahkan semakin lama akan semakin mahir dan terampil.
Dalam
perkembangannya, pendekatan klasik era Revolusi Industri mendapat banyak kritikan
dari para ilmuwan, khususnya para ahli psikologi. Mereka menekankan bahwa
manusia bukanlah “onderdil mesin” yang setiap saat bisa diganti karena aus, “habis
manis sepah dibuang”. Manusia adalah makhluk cerdas yang selalu dapat
ditingkatkan kinerjanya apabila memperoleh sentuhan-sentuhan humanis yang dapat
mendorong dirinya untuk mengeluarkan kemampuan terbaiknya bagi kemajuan
perusahaan. Pendekatan perilaku ini menekankan pentingnya manajemen organisasi
untuk mempertimbangkan aspek manusiawi para karyawannya sebagai manusia yang
utuh.
Dewasa
ini, survival perusahaan bisnis tidak
hanya ditentukan oleh faktor internal yang terkait dengan produktivitas kerja
karyawan, namun meluas dimensinya ke faktor-faktor eksternal; misalnya supplier yang selama ini memasok bahan baku
produksi/jasa, distributor yang
membantu pemasaran produk/jasa, pemerintah yang mengatur regulasi perdagangan
dan perindustrian, suasana hati customer yang
menjadi pasar potensial produk/jasa organisasi/perusahaan, competitor yang setiap saat selalu berinovasi untuk merebut pangsa
pasar, atau media yang berpotensi menaikkan atau menurunkan citra
organisasi/perusahaan.
Untuk
memastikan bahwa organisasi/perusahaan dapat survive, manajemen harus bekerja maksimal menjaga agar dinamikan seluruh
sistem, baik internal maupun eksternal, dapat mendukung kinerja
organisasi/perusahaan.